Review: Hijab (Hanung Bramantyo, 2015)


Buat gue, Hanung Bramantyo itu "barang langka" di perfilman Indonesia. Dia sutradara yang bukan cuma bisa bikin film bagus, tapi juga komersil. Hanung Bramantyo mungkin adalah satu-satunya sutradara Indonesia yang bukan hanya dikenal oleh penonton film, tapi juga masyarakat awam. Karya-karyanya banyak yang mendapatkan penghargaan dan penonton dalam jumlah luar biasa. Tapi di sisi lain, beberapa karyanya pun menuai kontroversi.

Salah satunya adalah karyanya yang terbaru, Hijab. Di satu sisi, Hijab menuai pujian di sana-sini. Banyak yang mengatakan bahwa Hijab adalah salah satu film terbaik Hanung, sementara di sisi lain, banyak yang bilang bahwa Hijab menjelekkan ataupun nyinyirin agama Islam. Di sisi mana lo berdiri, it's completely up to you. Gue hanya akan menilai film ini dari apa yang gue rasakan setelah gue selesai menonton film ini. That simple.

Adegan dibuka dengan tiga dari empat cewek tokoh utama kita, Sari (Zaskia Adya Mecca), Bia (Carissa Puteri), dan Tata (Tika Bravani) -- satunya lagi Anin (Natasha Rizky) yang baru muncul belakangan -- yang sedang mengoceh dengan serunya ke kamera. Belakangan diketahui bahwa mereka sedang bercerita tentang perjalanan mereka membangun Meccanism, butik hijab milik mereka yang hits sekali di kalangan hijabers. Tentunya, perjalanan mereka tidak mudah. Mereka harus berhadapan dengan suami-suami mereka yang #lakibanget dan tidak bisa menerima fakta bahwa perempuan masa kini ngga bisa diatur semena-mena oleh para suami. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, siisst! *eh, Siti Nurbaya mah dijodohin ya*. Nah, demi mewujudkan cita-cita #wanitamasakini, akhirnya mereka berbohong pada para suami... yang tentunya berakibat fatal, karena sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium. Iya ngga?

Buat gue, Hijab tak lebih dari sekedar film haha hihi saja. Ini film yang sangat ringan. Nonton Hijab tak ubahnya nonton TV series komedi yang tujuannya tak lain dan tak bukan hanyalah untuk menghibur penontonnya saja. Itu yang gue rasakan setelah menonton filmnya.

Tapi... Bukannya terhibur, seringkali gue malah mengernyitkan kening. Ya, beberapa jokes-nya memang berhasil membuat tertawa, tapi sebagian besar malah bikin berpikir, "ini para pemainnya kok ketawa mulu sih, apa yang lucu?". Mereka terlihat heboh sendiri dengan obrolan dan dunia mereka. That's a good thing.. tapi kalo ini adalah kehidupan nyata dan bukannya sebuah film. Tapi masalahnya, ini adalah film. Para pemainnya harusnya sedang "berbicara" kepada penonton lewat akting dan dialog mereka. Tapi... Gue sebagai penonton sama sekali tidak merasa terkoneksi dengan Sari, Bia, Tata, dan Anin, maupun para suami. Mereka seru sendiri dan gue ngga diajak seseruan bareng gitu. Bukannya ngga ada gue ngga rame ya?

Other than that, everything looks nice. Gambarnya cantik, kostumnya cantik-cantik, dan ceritanya juga menarik, berhasil ngasih liat realita tak nampak dalam hidup berumah tangga, dan terutama kehidupan para hijabers. Para suami, mulai dari Matnur (Nino Fernandez, suami Bia), Gamal (Mike Lucock, suami Sari), Ujul (Dion Wiyoko, suami Tata), sampai Chaky (Dion Wiyoko, pacar Anin), semuanya tampil menawan. Chemistry mereka semua oke punya. Tek-toknya dapet, dan mereka berhasil menghibur gue dengan tingkah polah mereka yang lucu-lucu itu.

But overall.. Jujur gue agak kecewa sama Hijab sih sebetulnya. Hijab termasuk dalam salah satu film yang paling gue tunggu tahun ini, karena trailer-nya keliatan seru. Tapi ternyata.. mereka ngga ngajak gue seseruan bareng... Hiks..... Speechless saya... ;(

Komentar