Review: Merry Riana – Mimpi Sejuta Dolar (Hestu Saputra, 2014)


Seperti yang mungkin kita semua tahu, Merry Riana adalah salah satu motivator yang cukup fenomenal di Indonesia. Terpaksa mengungsi ke Singapore karena kerusuhan 98, Merry Riana malah sukses meraih 1 juta dollar pada usia 26 tahun. Jelas, cerita inspiratif seperti ini adalah makanan empuk untuk penonton Indonesia yang entah mengapa sukaaaaaa sekali dimotivasi. 

Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah sebuah kisah yang terinspirasi dari kisah nyata, maka sebagaimana mestinya film-film yang mengambil cerita di waktu lampau, setting tentunya harus disesuaikan dengan masanya, agar ada authenticity di sana. Tapi tidak dengan film Merry Riana. Menceritakan tahun-tahun sulit Merry (Chelsea Islan) hingga ia jadi seperti sekarang ini, the only thing that fits the timeline cuma baju dan celana cutbray Merry doang – bahkan baju teman-teman terdekat Merry seperti si Alva (Dion Wiyoko) dan Irene (Kimberly Ryder) aja kekinian banget. Sisanya, kita bisa lihat iPhone 5, Marina Bay Sands, dan Singapore Flyer, yang jelas-jelas belum ada di tahun 98. Dan mengingat Habibie Ainun yang juga merupakan produksi MD Pictures mampu menggambarkan masa remaja Habibie supaya merepresentasikan latar waktu  yang sesungguhnya, gue jadi bingung, kenapa Merry Riana engga ya?

Tapi persoalan itu bisa gue tolerir, karena ada hal lain yang bikin gue kecewa sekaligus sedih banget pas nontonnya, yaitu alasan utama kenapa gue mau nonton film ini: Chelsea Islan.


Setelah melihat aktingnya yang menjanjikan di Street Society, gue sangat menunggu-nunggu penampilan Chelsea berikutnya. It was supposed to be Di Balik 98, tapi karena satu dan lain hal, akhirnya Merry Riana yang tayang duluan. Tapi... Gue kecewa dan sedih banget liat penampilan Chelsea di sini. Aktingnya di Merry Riana malah membuat gue khawatir sama performanya di Di Balik 98 nanti. 

Di Merry Riana, Chelsea seperti Agnes Monica yang lagi main di serial Taiwan. Orang-orang Taiwan kan kalo akting kalem banget ya, nah Agnes Monica yang terlihat normal ketika akting di sinetron Indonesia, jadi terasa sangat berlebihan ketika dia akting di serial Taiwan. Begitu juga dengan Chelsea Islan. Ketika Dion Wiyoko, Kimberly Ryder dll berakting sangat natural, Chelsea terlihat sangat berlebihan. Sangat menggebu-gebu, sangat berusaha, sangat akting, dan sangat sinetron-ish, yang malah menjadikannya tidak natural dan tidak bisa membuat penonton bersimpati pada karakternya yang semestinya dikasihani. Hal ini lantas juga membuat pemain lain jadi terlihat bagus sekali aktingnya. Sedih gue liatnya. Dia digadang-gadang jadi the next big star setelah Street Society, tapi di Merry Riana dia kelihatannya malah menerima banyak sekali kritik pedas, sepedas cabe merah kriting. Yah, mudah-mudahan ini kesalahan directing aja ya, karena gue masih punya harapan besar sama cewek cantik satu ini.

Walau demikian, ada satu hal yang menyenangkan dari film Merry Riana. Adalah pria Singaporean ini yang jadi bosnya Alva di Singapore Flyer yang sayangnya gue lupa namanya siapa ini. Aktingnya lebay, tapi tetap sesuai porsinya. Ia menghibur penonton, ia membuat penonton tertawa, ia membuat penonton bahagia.


Buat gue, Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar tidak memberikan apa yang gue harapkan sebagai penonton. Gue berharap bisa terinspirasi dari kisah hidup Merry yang berjuang hingga ia bisa meraih satu juta dolar. Tapi bukannya menunjukkan proses itu, film ini malah fokus pada kisah cinta Merry dan Alva. Bukannya melihat sosok yang optimis dan tidak mudah menyerah serta inspiratif, gue malah melihat Merry Riana sebagai sosok yang gigih sih, tapi lebay. Dan... dia cukup tega untuk ngerebut gebetan temennya yang udah nolongin dia. Jadi salah persepsi, kan?

So ya.. kalo tujuan dari dibuatnya film Merry Riana adalah untuk menginspirasi, maka buat gue film Merry Riana gagal menginspirasi. 

Komentar

  1. Wah... saya ndak se7 sih sama review negatif kaka... taw kan bhw org2 "terpilih" itu (outliers) ngga mungkin standar? Merry Riana aslinya MUNGKIN aja emang segigih dan selebay itu - kalo kita pke standar 'natural' manusia pd umumnya, nanti Merry Riana jg akan menggambarkan orang pada umumnya, bukan sebuah pribadi yg bs dpt 1 juta dollar d usia 26 thn kan. Trus perkara 'Tega ngambil gebetan temannya',, did u or did u not see the drama?? Jelas2 Merry nolak Alfa d awal - Kimberly suudzon - kimberly kabur - parameter loyalty kpd sahabat yg menceraikan kita/ sikon berubah - Merry move on - Merry jadian sama Alfa.
    Aku bawa ponakanku yg unur 15 thn nonton ini dan dia firm bilang dia lebih suka ini drpd 5 cm,, means film ini gak jelek lah.
    Aku pribadi sih liat chelsea aktingnya memang terlalu semangat - tp siapa tahu Merry Riana sendiri memang terlalu semangat. Hv u ever joined an insurance company as agent? I have, and they are all out-of-this-world energetic. They HAVE to be if they want to success. U cant use the same 'natural' standard when picturing sales people ^^ especially successful sales people.

    BalasHapus
  2. Oh iya satu lagi,, soa fokus dil kisah cinta, aku rasa udah jelas banget dari trailernya, dan bahkan dari covernya, bhw fokusnya emang Merry x Alfa. Kalo kaka expect lebih k perjuangannya pdhl jelas disajikan trailer dan cover yg demikian,, mungkin kaka yg kudu mikir2 lg sebenernya ekspektasi kaka itu datangnya dr mana... kalo menurut aku udah balance bgt sama misinya. Misi cerita ini kan mengubgkapkan bhw "kerja keras ngga akan berkhianat asal kita persistent" "happy itu adalah membuat hidup kita manfaat bwt org lain dan membuay orang lain happy" "uang memang penting tp jd orang baik/ tulus dan punya integritas dlm bekerja itu lebih penting" dan "love is important and w/o smbdy to love/ love us back - life will be meaningless"

    Menurutku udah bs ditranslate dgn baik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, ini kan menurut saya, dan saya percaya kalau selera orang berbeda-beda, jadi pendapat pasti berbeda-beda juga kan.. :)
      Terima kasih atas komentarnya dan terima kasih juga sudah mampir ke blog saya nih, Mbak/Mas ^^

      Hapus
    2. Kan judulnya "mimpi sejuta dolar" bukan "kisah cinta merry dan alva" :( wajar dong kalo berasumsi kisahnya tentang perjuangan. Tapi i should have known sih, soalnya posternya aja buka merry lagi berjuang, tp merry lagi pelukan. Oh well.

      Hapus
    3. mbak ini emaknya merry ya?

      Hapus
  3. Setuju banget sama review di atas. Bahkan saya udah ingin keluar dari studio rasanya sebelum ending. Kalau tahu cerita filmnya seperti ini, nonton di tv bagi saya sudah cukup.

    BalasHapus
  4. Buat yang sudah baca bukunya pasti kecewa nonton filmnya. Berharap proses jatuh bangunnya dibahas lebih detil lha kok malah lebih banyak disuguhi ABG love story yang gak ada di bukunya,

    BalasHapus
  5. Betul banget. Untuk yg sudah baca buku biografinya akan kecewa dengan film ini karena yg ditonjolkan lebih percintaannya.

    BalasHapus
  6. wah saya juga setuju dengan review diatas, berhubung saya sudah baca bukunya, kok bisa antara buku sama film berbeda?

    BalasHapus
  7. Gw juga baru tahu Merry Riana dari temen yang nge fans sama sosok muda yang sukses di usia 26 tahun ini. Klo dari kesuksesan yang Merry raih dan gw dah kepoin sosok Merry yang asli terlihat sebagai perempuan tangguh dan smart, hadehh pilihan peran ke Chelsea Islan dan aktingnya bikin males nonton yak. Aseli gw baru liat iklannya males. Gaya bicara Merry di film kok kayak lagi baca yah, bahasa tubuh kayak abegeh aja gtuh yang gak tangguh tapi malah kliatan lembek. So gw salah besar setelah tahu sosok Merry Riana yang asli.

    BalasHapus
  8. Basi banget baru komentar sekarang, tapi gapapa lah.
    Poin yang menurut saya bikin filmnya jatuh, dibandingkan dengan akting Chelsea Islan, adalah penyesuaian setting tempat dan waktu. Hell, she had an old laptop with windows xp, but used the newest version of yahoo mail. And the phone they used? Too sophisticated. Sayang kalau mereka sudah jauh-jauh syuting di singapura tapi penontonnya malah dibikin let down sama hal-hal remeh temeh kayak gini.

    Yang bisa setidaknya menghibur saya dalam film ini justru karakter Mrs. Noor, yang kayak bidadari dari surga banget. Her Malay accent wins my heart.

    Anyway, great review. And I agree with you that Chelsea Islan can be the next movie star :)

    BalasHapus
  9. Setuju banget, tertolong dengan Chelsea Islan yang seperti biasa selalu tampil prima, meski gak bisa dibilang film jelek, hanya sedikit dibawah harapan.

    BalasHapus
  10. Film adaptasi novel ini memang bisa dibilang "fail" karena salah fokus. Sebagai penggemar berat novelnya, saya ingin sekali film ini fokus ke perjuangan Merry dari mahasiswa miskin jadi salah satu milyarwan termuda. Tapi malah jadi kisah cinta Merry dan Alva. Benar-benar salah direction film ini.

    Dan satu hal yang menjadi pertanyaan saya ketika membaca review orang Indonesia akan film Indonesia adalah komentar positif yang ditujukan pada karakter comic relief, seperti manajer Singapore yang kebanci-bancian di sini. Entah kenapa orang Indonesia masih terkurung dalam paradigma "banci = komedi". Please deh, pemikiran macam ini yang bikin dunia entertainment di Indonesia nggak maju-maju. Dan juga salah satu hal yang bikin film Merry Riana ini semakin hancur di mata saya.

    Coba bandingkan dengan film Hollywood. Sangat sedikit ada tokoh banci lebay komedi di sana. Dan sekalinya ada (tokoh Ken Jeong di trilogi The Hangover) langsung menang Golden Raspberry Award untuk kategori Worst Supporting Actor.

    BalasHapus

Posting Komentar