Ajaran Islam mengatakan, “kejarlah ilmu hingga ke negeri Cina!”, tapi
buat Imam yang ngga ada napsu-napsunya sama ilmu, ajaran itu ia bengkokin
dikit, jadi “kejarlah cinta hingga ke negeri Cina!” Yeah, ape kate lu dah, Mam.
Imam (Adipati Dolken) adalah seorang mahasiswa yang skripsinya ngga
kelar-kelar. Ketika pacarnya sudah lulus dan dapat kerjaan dengan posisi oke,
Imam masih sibuk ngejarin dosen untuk acc skripsinya. Udah jarang sholat, “mahasiswa
abadi”, tatoan, pake anting pulak, ngga heran kalo calon mertuanya ngga
merestui hubungan Imam dengan Widya (Nina Zatulini). Ditekan terus sama Widya
dan keluarga bikin Imam jengah rupanya. Eh, mungkin ini memang pertanda, di
saat Imam lagi stress-stressnya, datanglah malaikat dari surga dalam rupa
manusia bernama Jia Li (Eriska Rein), gadis Cina-Muslim dari Beijing. Percaya tidak
percaya, Imam jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jia Li, dan untuk
sejenak, ia tidak mengakui keberadaan Widya sebagai pasangannya. Jeng jeng.
Masalah muncul. Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh
juga. Sejago-jagonya Imam nyembunyiin Jia Li, Widya akhirnya mengetahui juga
keberadaannya. Hubungan mereka pun retak, Imam yang berpikir bisa mendapatkan
Jia Li harus menerima kenyataan bahwa Jia Li telah kembali ke Cina. Mengejar gadis
impiannya, ia pun menyusul Jia Li ke Cina, hanya untuk dihadapkan pada fakta
bahwa Jia Li telah dijodohkan. Nah lho.
Sama seperti beberapa film romcom Indonesia belakangan, Kukejar Cinta
ke Negeri Cina tidak memiliki background story yang kuat, serta karakter yang..
Kontradiktif menurut gue. Terutama di karakter Imam.
Imam digambarkan sebagai sosok yang rebel (lihat saja dari gaya
berpakaiannya), ngga solat (yang artinya dia tidak agamis), tapi ngga suka
lihat cewe pamer-pamerin bodi kayak Widya, dan lebih memilih cewek yang menutup
aurat kayak Jia Li, tapi di saat yang sama, dia juga ngga ada rasa bersalah sama
sekali ketika bohong sama pacarnya dan ngejar cewek lain, yang artinya dia
selingkuh dan tak merasa berdosa. Aneh ya?
Keberadaan Ernest Prakasa juga ngga penting, karena ia cuma jadi
pemanis belaka. Lucu, menggemaskan, dan gue suka karakter (dan muka) dia, tapi dia cuma jadi side kick
yang kalo dia ngga ada juga ngga berpengaruh apa-apa ke cerita. Fungsi Ernest
ngga jelas.
Belum lagi berbagai ketidakjelasan yang melatarbelakangi cerita inti,
seperti kenapa Jia Li datang ke Jakarta, apa tujuannya? Terus sebelum kehadiran
Jia Li, Imam pun tampak baik-baik saja sama Widya, ngga ada masalah besar yang
membuat Imam ngga nyaman dan memutuskan untuk selingkuh, lalu kenapa Imam bisa
dengan mudahnya memutuskan untuk “melupakan” Widya? Terus Widya yang tiba-tiba memutuskan untuk menggunakan jilbab, asumsi dari mana Imam meninggalkan dia karena Jia Li adalah gadis berjilbab? Lalu Jia Li, tidak ada
tanda-tanda bahwa dia menganggap Imam lebih dari sekedar tour guide, tapi
bisa-bisanya dia sampe sholat khusus sampe nangis-nangis segala karena bingung
disuruh milih Imam atau Ma Fu Shien (Mithu Nisar), jodohnya.
Buat gue, nonton Kukejar Cinta Ke Negeri Cina ini seperti menonton Aku,Kau, dan KUA jilid 2, tapi dengan kualitas yang menurun. Bukan cuma pemainnya
yang dia lagi, dia lagi, ceritanya juga mirip, tapi eksekusinya ngga se-pas
Aku, Kau, dan KUA. Hasilnya, Kukejar Cinta ke Negeri Cina jelas jauh dari kata
menghibur.
Komentar
Posting Komentar