Review: Kukejar Cinta Ke Negeri Cina (Fajar Bustomi, 2014)


Ajaran Islam mengatakan, “kejarlah ilmu hingga ke negeri Cina!”, tapi buat Imam yang ngga ada napsu-napsunya sama ilmu, ajaran itu ia bengkokin dikit, jadi “kejarlah cinta hingga ke negeri Cina!” Yeah, ape kate lu dah, Mam.

Imam (Adipati Dolken) adalah seorang mahasiswa yang skripsinya ngga kelar-kelar. Ketika pacarnya sudah lulus dan dapat kerjaan dengan posisi oke, Imam masih sibuk ngejarin dosen untuk acc skripsinya. Udah jarang sholat, “mahasiswa abadi”, tatoan, pake anting pulak, ngga heran kalo calon mertuanya ngga merestui hubungan Imam dengan Widya (Nina Zatulini). Ditekan terus sama Widya dan keluarga bikin Imam jengah rupanya. Eh, mungkin ini memang pertanda, di saat Imam lagi stress-stressnya, datanglah malaikat dari surga dalam rupa manusia bernama Jia Li (Eriska Rein), gadis Cina-Muslim dari Beijing. Percaya tidak percaya, Imam jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jia Li, dan untuk sejenak, ia tidak mengakui keberadaan Widya sebagai pasangannya. Jeng jeng.

Masalah muncul. Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Sejago-jagonya Imam nyembunyiin Jia Li, Widya akhirnya mengetahui juga keberadaannya. Hubungan mereka pun retak, Imam yang berpikir bisa mendapatkan Jia Li harus menerima kenyataan bahwa Jia Li telah kembali ke Cina. Mengejar gadis impiannya, ia pun menyusul Jia Li ke Cina, hanya untuk dihadapkan pada fakta bahwa Jia Li telah dijodohkan. Nah lho.

Sama seperti beberapa film romcom Indonesia belakangan, Kukejar Cinta ke Negeri Cina tidak memiliki background story yang kuat, serta karakter yang.. Kontradiktif menurut gue. Terutama di karakter Imam.

Imam digambarkan sebagai sosok yang rebel (lihat saja dari gaya berpakaiannya), ngga solat (yang artinya dia tidak agamis), tapi ngga suka lihat cewe pamer-pamerin bodi kayak Widya, dan lebih memilih cewek yang menutup aurat kayak Jia Li, tapi di saat yang sama, dia juga ngga ada rasa bersalah sama sekali ketika bohong sama pacarnya dan ngejar cewek lain, yang artinya dia selingkuh dan tak merasa berdosa. Aneh ya?

Keberadaan Ernest Prakasa juga ngga penting, karena ia cuma jadi pemanis belaka. Lucu, menggemaskan, dan gue suka karakter  (dan muka) dia, tapi dia cuma jadi side kick yang kalo dia ngga ada juga ngga berpengaruh apa-apa ke cerita. Fungsi Ernest ngga jelas.

Belum lagi berbagai ketidakjelasan yang melatarbelakangi cerita inti, seperti kenapa Jia Li datang ke Jakarta, apa tujuannya? Terus sebelum kehadiran Jia Li, Imam pun tampak baik-baik saja sama Widya, ngga ada masalah besar yang membuat Imam ngga nyaman dan memutuskan untuk selingkuh, lalu kenapa Imam bisa dengan mudahnya memutuskan untuk “melupakan” Widya? Terus Widya yang tiba-tiba memutuskan untuk menggunakan jilbab, asumsi dari mana Imam meninggalkan dia karena Jia Li adalah gadis berjilbab? Lalu Jia Li, tidak ada tanda-tanda bahwa dia menganggap Imam lebih dari sekedar tour guide, tapi bisa-bisanya dia sampe sholat khusus sampe nangis-nangis segala karena bingung disuruh milih Imam atau Ma Fu Shien (Mithu Nisar), jodohnya.

Buat gue, nonton Kukejar Cinta Ke Negeri Cina ini seperti menonton Aku,Kau, dan KUA jilid 2, tapi dengan kualitas yang menurun. Bukan cuma pemainnya yang dia lagi, dia lagi, ceritanya juga mirip, tapi eksekusinya ngga se-pas Aku, Kau, dan KUA. Hasilnya, Kukejar Cinta ke Negeri Cina jelas jauh dari kata menghibur.

Komentar