Review: 7 Hari 24 Jam (Fajar Nugros, 2014)


Beberapa minggu sebelum film 7 Hari 24 Jam tayang, dunia sosial media dibuat heboh oleh Rangga yang kembali mencari Cinta setelah (lebih dari) satu purnama, di film pendek yang diproduksi oleh LINE. Ending film pendek tersebut menunjukkan bahwa Cinta nampaknya masih memiliki rasa untuk Rangga. Eh tapi di film ini, ternyata Cinta udah move on lho. Buktinya, ia telah bersuamikan Lukman Sardi. Udah punya anak lagi. #lah #oke #krikbanget #kania #basitauga #zzz.

7 Hari 24 Jam memiliki cerita yang sangat sederhana. Sepasang suami istri yang telah menikah hampir lima tahun, terpaksa harus dirawat di rumah sakit bersama-sama selama 7 hari 24 jam. Di rumah sakit inilah mereka jadi lebih mengenal satu dan yang lainnya, dan pertikaian pun tak terelakkan.

OK. Alasan terbesar dan terutama kenapa lo harus menonton film ini tentunya adalah karena Dian Sastro. Ini adalah film kembalinya Dian Sastro setelah sekitar enam tahun lamanya. Dian Sastro is back, siiissst! Dian Sastro is baaaacckk!! 

Sebagai film come back-nya, mengutip kata-kata Ari Wibowo (yang oh wow bersinar sekali) di film ini, Dian Sastro "nailed it" big time. Kalau setelah AADC Dian Sastro masih berada dalam bayang-bayang Cinta, maka di film 7 Hari 24 Jam, Dian Sastro sudah menjadi "pribadi yang baru". Udah ngga ada atribut Cinta yang nampak dalam dirinya. Dian Sastro sudah benar-benar move on dari segala ke-Cinta-annya. Dian Sastro seolah-olah lahir kembali dan siap mengguncang dunia perfilman lagi. Watch out, bintang-bintang muda, the real star is back!

Dan keberhasilan ini tentunya tak lepas dari kolaborasinya bersama Lukman Sardi -- yang akhirnya memainkan peran yang sudah lama gue idam-idamkan dimainkan olehnya. Mereka saling narik, saling membantu. Chemistry mereka berdua sebagai suami istri dapet banget. Dialog-dialog mengalir dengan lancar, begitu juga dengan gestur tubuh yang sangat natural. Dan ini yang membuat film ini jadi sangat believeable dan relateable. 

Menonton film 7 Hari 24 Jam membuat gue sadar bahwa, man.. inilah dunia pernikahan. Simple things matter. Duplikat kunci yang ngga dibikin-bikin, suami pulang telat, anak ngambek, suami-istri cemburu over the silliest thing, suami-istri sama-sama sibuk kerja, mertua, dan segala macam problematika rumah tangga lainnya, dipaparkan dengan sangat alami di film ini. Tapi bukan cuma sedih-sedihnya aja, seneng-senengnya dan lucu-lucunya juga terlihat real banget. Ngga kehitung berapa kali satu bioskop tertawa puas melihat tindak tanduk lucu pasangan suami istri Dian Sastro-Lukman Sardi ini. Berantem-berantemnya, romantis-romantisnya, konyol-konyolnya, semuanya. Mungkin, mereka berkaca pada diri sendiri kali ya? Bahwa hal-hal itu juga terjadi pada kehidupan rumah tangga mereka.

Tapi bukan cuma Dian dan Lukman yang bersinar. Ari Wibowo -- yang mana ini juga bisa dibilang merupakan come back-nya -- literally shine bright like a diamond. Bukan cuma wajahnya yang forever young bagai tak menua sedikitpun, tapi aktingnya juga mantap adanya. Gue kagum banget sama ekspresi matanya di film ini. Rasa kepengennya, kepeduliannya, rasa kecewanya, semua rasa itu bisa tersampaikan dengan sangat baik lewat matanya. Bukan cuma Ari Wibowo, Verdi Solaiman, yang selalu memberikan yang terbaik di setiap filmnya, tak peduli sekecil apapun perannya, kembali menunjukkan betapa briliannya ia sebagai seorang aktor.

Dann... Sebagai seseorang yang bergelut di bidang marketing, gue betul-betul salut sama produsernya. Product placement-nya jagoan, men! Ya, beberapa masih standar sih, tapi 7/24 berhasil membuat terobosan baru dalam cara beriklan di film. Penempatan "iklan" upcoming film MNC Pictures, Di Balik 98, begitu on point. Memanfaatkan karakter Lukman Sardi yang berperan sebagai sutradara di film ini (dan juga merupakan sutradara asli dari film Di Balik 98), the almost full trailer of Di Balik 98 ditayangkan sangat natural, dan dialog promonya pun juara. Bravo!

Well, it took me (the first) 5 minutes to realize how fun this movie is to watch -- menghibur di kelasnya yang tergolong masih sangat jarang di dunia perfilman Indonesia -- but it took me a second visit to really realize how good this movie actually is. Yes it's not perfect (but who is, right?), but 7/24 is definitely worth your time and money. Come with your husband/wife or girlfriend/boyfriend, look the similarities you got there. ;)

Kata Frans di film ini, "pernikahan di tahun ganjil adalah masa-masa terberat." But hey, Tania and Tio proves that love tops them all. When you look back to the reason why you marry them, you know that you love them, and that's all that matters. :)

-------------------------------------------------------------
Baca wawancara eksklusif Ngobrolin Film dengan Dian Sastro di sini, wawancara bersama Lukman Sardi di sini, dan wawancara bersama Bapak Produser Affandi Abdul Rachman di sini.

Komentar

  1. Lebih baik kalo reviewnya full dalam bahasa Indonesia aja deh mba. Selain grammarnya banyak salah (contoh : look back at bukan to) , vocabnya pun byk yg ga tepat (contoh: two visit, coba ganti dgn "watched it the second time then i realized that blahblah) . Kalimatnya pun kalimat indonesia yg di-inggriskan. (Kalimat terakhir siapa yang you , siapa yang them, bingung gw). Mungkin maksudnya : "looking back at the reason why they were married in the first place, you'll know all that matter was love"

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha terima kasih banyak inputnya mas/mbakk.. iya nih, emang kurang jago bahasa inggris saya.. cuma beberapa kalimat terasa terlalu dangdut kalo dituliskan dalam bahasa indonesia, dan rasanya lebih enak kalo diucapkan dalam bahasa inggris.. tapi, terima kasih banyak untuk inputnya lho :)

      Hapus

Posting Komentar