Biasanya, orang hebat pasti pernah melalui cobaan yang berat pula.
Sama seperti Tjokroaminoto. Selain melawan para penjajah dalam upayanya
memajukan bangsa, siapa yang sangka bahwa di dalam rumahnya sendiri, ia
memiliki masalah internal yang menguji hubungan rumah tangganya.
Pasca menikah dengan Soeharsikin (di Film Tjokro diperankan oleh Putri
Ayudya), Tjokro muda tinggal bersama mertuanya yang merupakan seorang patih
wakil bupati Ponorogo, Mangoensomo (diperankan oleh Sudjiwo Tedjo) dan istrinya
(diperankan oleh Maia Estianty). Apa mau dikata, ternyata Tjokroaminoto
berselisih visi dengan mertuanya yang masih kolot dan cenderung elitis.
Tjokroaminoto yang lebih memilih untuk meneruskan kesukaannya akan dunia tulis
menulis, tidak suka dipaksa menjadi birokrat oleh mertuanya yang notabene
berasal dari keluarga bupati. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk meninggalkan
rumah dan istrinya yang kala itu sedang mengandung anak pertama mereka.
Dibuat kesal oleh Tjokro yang tak mau mendengarkan mereka, mertuanya
tambah geram karena ternyata putri kesayangan mereka, Soeharsikin, lebih
memilih untuk ikut bersama Tjokro dan meninggalkan rumah orangtuanya.
Penasaran seperti apa akting Maia menjadi mertua yang kolot? Tunggu
tanggal mainnya.
***
Trivia:
Tahukah Anda, Maia Estianty merupakan cicit dari HOS Tjokroaminoto
lho.. Dan kalau bukan karena permintaan keluarga besar untuk main film tentang
Eyangnya, ia tidak akan mau lho.. Karena pada dasarnya, Maia tidak suka
berakting!
***
Shooting update: Ambarawa
Memfilmkan sejarah berarti para pembuatnya harus sangat memperhatikan
detail, terutama detail waktu atau periode yang digunakan, karena tiap masa
memiliki ciri khasnya sendiri, kan?
Seperti film Guru Bangsa: Tjokroaminoto, yang memakai setting tahun
1890-1920an, membutuhkan setting zaman penjajahan Belanda dahulu, zaman di mana
bahkan para pembuatnya belum lahir. Tingkat kesulitannya pasti lebih tinggi
lagi. Mereka harus menyediakan mobil-mobil tua, membangun set sendiri, bahkan
mungkin membuat sesuatu yang sudah tidak ada menjadi ada kembali, seperti
trem-trem pada masa itu. Christine Hakim, Didi Petet,
Sabrang Mowo Damar Panuluh, dan Dewi Umaya sebagai produser, serta Art Director
pastinya bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa penggambaran masa tersebut
bisa menyerupai aslinya. Maka dari itu, kota Ambarawa, Semarang, dan Yogyakarta
dipakai sebagai lokasi shooting film Guru Bangsa: Tjokroaminoto.
Sekarang, syuting Film Tjokro di Ambarawa sudah selesai, dan para cast
serta crew sudah berada di Semarang untuk melanjutkan proses syuting lagi. Seperti
apa proses shooting di Ambarawa kemarin?
Yuk lihat foto-foto ini!
Jangan lupa untuk ikuti terus berita tentang Film Guru Bangsa:
Tjokroaminoto, hanya di www.ngobrolinfilm.com,
atau di twitter Film Tjokro dan
di Facebook mereka. Yuk,
dukung film Indonesia!
Komentar
Posting Komentar