Review: Runaway (Guntur Soeharjanto, 2014)


Popularitas Al Ghazali meningkat drastis sejak kasusnya bersama Farhat Abbas yang ramai diperbincangkan di media sosial maupun media massa. Al mulai dipanggil sana sini, tampil di acara ini itu, dijadikan bintang iklan brand A-brand B, dan puncaknya, Maxima Pictures pun kepincut dan meminta Al untuk main dil film terbaru mereka yang berjudul Runaway.

Kehidupan Tala (Tatjana Saphira) yang tinggal secara ilegal di Hongkong bersama Ibu (Dewi Irawan) dan Om-nya (Edward Akbar) berjalan bak rutinitas saja sebelumnya. Ia mencopet dengan kostum sebagai samaran di siang hari bersama Om-nya, sementara malam hari ia menjadi anak baik-baik yang mengurus Ibunya yang sakit-sakitan. Om-nya pun sama saja, selain menjadi dalang copet, ia hobi sekali berjudi, minum-minum, main perempuan, dan menelurkan banyak utang di belakangnya.

Tapi kehidupan Tala jadi lebih romantis sejak kehadiran Musa (Al Ghazali), korban copetannya yang jatuh hati dengan kecantikan Tala. Musa yang bosan karena terpaksa ikut business trip ayahnya (Ray Sahetapy) meminta Tala menemani hari-harinya di Hongkong. Intrik mulai muncul ketika omnya Tala ingin menggunakan Musa untuk menebus utang-utangnya pada bos mafia Hongkong (Willy Dozan).

Dengan pemandangan Hongkong yang cantik dan wajah-wajah nan rupawan para aktornya, cerita yang sebetulnya bisa jadi menarik ini tidak berhasil tampil sebagaimana mestinya. Muka "oh shit what should I do", "how do I look"-nya Al hampir di sepanjang film (bahkan ketika ia sedang beradegan tarung) membuat kami menyayangkan kehadirannya di Runaway. Mukanya datar, expression-less. Satu-satunya ekspresi menarik yang kami temukan dari Al adalah ketika Tatjana bersandar di bahunya di bus. Al tersenyum malu-malu dan menoleh memandang jalan. Hmm.. Ada apa denganmu, Al?

Dari sisi cerita pun banyak yang kedodoran, terutama di bagian krusialnya. Kami jadi tidak mengerti mengapa Musa harus "menjelaskan semuanya" kepada Tala ketika Tala hendak berlari karena cemburu melihat Musa dan Jenny (Kimberly Ryder)? Dan kenapa Tala harus berlari cemburu padahal belum ada apa-apa di antara mereka? Bagaimana ceritanya hingga cinta mereka sudah sedalam itu, padahal baru satu hari (dan tidak ada apa-apa di satu hari itu) yang mereka lalui bersama?

Belum lagi banyak dialog-dialog cheesy dan aneh yang diungkapkan. But the funny thing was, we found those dialogues fun and entertaining that made us want to repeat the dialogues over and over again, haha! Rasa-rasanya kami bisa menonton Runaway sekali lagi hanya untuk mencatat dialog-dialog tersebut. Way to go, Alim Sudio (and this is a compliment)!

Secara keseluruhan, Runaway adalah film yang menghibur. Penonton muda (terutama para wanita) pasti akan suka menonton Al bertarung tak kalah gesitnya dengan Iko Uwais. Sementara penonton pria mungkin akan termehek-mehek melihat kecantikan dan keluguan Tatjana Saphira.

Tidak bagus, mendekati pun tidak, tapi sangat menghibur!

Komentar

  1. kalau lanjutannya seperti ini :
    http://mayaaswriter.blogspot.co.id/2015/12/runaway-2-run-again-in-europe-part-1.html
    menurut kalian gimana?

    BalasHapus

Posting Komentar