Review: Cahaya Dari Timur: Beta Maluku (Angga Dwimas Sasongko, 2014)


Bahwa sesungguhnya, film anak-anak dan film yang meng-highlight daerah timur Indonesia bukanlah tipe film kesukaan kami. Sesederhana karena film-film seperti ini memiliki tendensi untuk membawa pesan moral yang sama: bagaimana di tengah segala keterbatasan yang ada, selama kita punya mimpi, kita pasti bisa mencapainya. Sebetulnya, kami tidak ada masalah dengan itu.. Hanya saja.. Menurut kami pribadi, kisah-kisah ini agak "mengeksploitasi" anak-anak dan daerah itu sendiri..

Hal yang sama juga terjadi pada Cahaya Dari Timur: Beta Maluku. Terlepas dari sutradaranya adalah sutradara dari salah satu film favorit kami, Hari Untuk Amanda, kisah yang ditawarkan Angga Dwimas Sasongko di Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, tidaklah terlalu berbeda dengan apa yang sudah-sudah. Bedanya hanya bahwa kisah ini diangkat dari kisah nyata. Itu saja.

Namun beragam review baik yang kami dengar, plus juga puja-puji soal akting Chicco Jerikho yang memukau membuat kami memutuskan untuk mencoba menonton film ini.

Hasilnya, kami tak kecewa, tapi juga tak terlalu dipuaskan seutuhnya.

Satu, film ini berdurasi dua setengah jam, sangat terlalu lama untuk ukuran film Indonesia. Dan, di dua jam pertama, kami merasa "kosong". Pace yang terlalu lama, karakter pemeran utama yang tidak terlalu kuat, emosi pun kurang terasa. Sehingga ketika tiba-tiba ada konflik antar karakter, kami malah bertanya-tanya, "marahnya segini aja nih?"

Tapi di 30 menit terakhir, wow.. Keadaan benar-benar berubah. Seiring dengan bertambah dewasanya anak-anak itu, emosi juga semakin terlihat, karakter semakin tampak, dan kenikmatan menonton pun memuncak. Sangat suka dengan adegan pertandingan final yang menurut kami, sangat unik. Juara.

Dan benar adanya, Chicco Jeriko memang tampil jauh melebihi ekspektasi. Jika Anda biasa mengenalnya dari sinetron-sinetron dan ketampanannya, maka kali ini, siapkan diri Anda untuk melihat sisi lain dari Chicco Jerikho, yang lebih dewasa, lebih lusuh, dan lebih.. memesona (aktingnya).

Shafira Umm sendiri yang berperan sebagai istri dari Chicco Jerikho cukup menarik perhatian kami, walau perannya juga tak terlalu besar. Tapi menurut kami, justru ia satu-satunya yang berhasil membawakan karakter yang konstan sejak awal film, hingga pada akhirnya, banyak dialog-dialog yang diucapkannya bisa kami ulangi berkali-kali dengan mudahnya, karena dibawakan dengan penuh penghayatan.

Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, membuktikan bahwa Angga Dwimas Sasongko adalah sutradara yang sangat menjanjikan. Dan dia tidak hanya bisa men-direct film romantis seperti Hari Untuk Amanda, tapi juga drama keluarga penuh semangat seperti film ini. Lanjutkan, Angga! Kami tunggu film-filmmu berikutnya! 


Ini bukan Tulehu, ini bukan Passo. Ini Maluku! Kalo ada yang tanya, se sapa? Beta Maluku!
Salembe, se sapa?
Beta Maluku!

Komentar

  1. Hi.. baru nemuin web ini. Websitenya bagus. Tukeran link boleh ngga? Saya sudah tambahkan di blogroll website saya. Thanks before :)

    cinejour.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapp, akan saya masukkan ya.. Terima kasih juga :)

      Hapus

Posting Komentar