Review: Selamat Pagi, Malam (Lucky Kuswandi, 2014)


Film tentang Jakarta sudah cukup sering kita temui belakangan. Beberapa di antaranya seperti, Jakarta Undercover (2006), Jakarta Maghrib (2010), Sanubari Jakarta (2012), Jakarta Hati (2012), dan yang terbaru ada Jalanan (2014). Semuanya menyorot Jakarta dari sisi yang berbeda-beda, ada yang mengangkat cerita dunia malam Jakarta, cinta yang berlatar belakang Jakarta, hingga Jakarta dari sudut mata pengamen jalanan. 

Kini hadir satu lagi film tentang Jakarta dari Lucky Kuswandi, yang kebetulan dirilis hanya beberapa hari sebelum Hari Ulang Tahun Jakarta, berjudul Selamat Pagi, Malam. Sayangnya, nampaknya penonton Jakarta tidak terlalu senang menerima hadiah ulang tahun dari Lucky Kuswandi ini. Buktinya, tayang hampir seminggu, jumlah penontonnya baru 9.000an saja. Sedih.

Secara cerita, Lucky Kuswandi menawarkan hal yang tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya. Jakarta yang kelam, Jakarta yang glamor, dan tentunya, Jakarta yang membuat tersenyum dan berkaca pada diri sendiri -- para warganya. Cerita tentang Jakarta ini kemudian disampaikan dengan menarik, dari mata tiga orang wanita; Gia, seorang gadis muda cantik yang baru saja back home for good dari New York -- dan ternyata memendam rasa pada kawan lamanya, Naomi, yang sudah lebih dulu kembali ke Jakarta, Indri, towel girl sebuah gym di Jakarta yang masih polos tapi mencoba untuk sedikit nakal supaya bisa mencicipi makanan enak di restoran mahal, dan Ci Surya, wanita paruh baya yang baru saja ditinggal mati suaminya -- yang ternyata memiliki simpanan seorang PSK.

Entah bagaimana, ketiga wanita ini saling "terhubung" antara satu dan yang lainnya. Kisah mereka saling bertalian, dan Lucky Kuswandi berhasil mengaitkan kisah ketiganya dengan manisnya, pada suatu malam di Jakarta. Kisah cinta lama kembali terulang, kisah cinta baru muncul, dan tentunya juga ada kisah cinta semalam.

Kisah cinta dari mata tiga wanita ini kemudian "dibumbui" dengan intrik-intrik khas Jakarta; tentang bagaimana warga Jakarta kini saling "terhubung" tapi tidak benar-benar terkoneksi, bagaimana warga Jakarta "bersembunyi" di balik image internasional yang mahal, dan tentunya beberapa hal lain yang juga sudah seringkali dibahas, seperti obat-obatan, balapan liar, prostitusi, dan tentunya seks bebas.

"Surat cinta" Lucky Kuswandi yang disampaikan lewat Selamat Pagi, Malam ini beberapa terasa natural, membuat kami reflect back ke diri sendiri dan menertawai diri sendiri serta meneteskan air mata haru karena melihat hal yang biasa kami lakukan divisualisasikan ke layar lebar. Namun, beberapa hal terlihat agak sedikit dibuat over-dramatized, sehingga tidak menyisakan ruang untuk berkaca kembali ke diri sendiri.

Dari departemen akting, sepertinya sudah merupakan ciri khas dari rumah produksi Kepompong Gendut, yang selalu menemukan bakat-bakat baru ataupun menggunakan aktor tak bernama, tapi selalu berhasil tampil memuaskan sesuai porsinya. Kali ini, ada Cik Surya (Dayu Wijanto), cicik-cicik biasa bermuka datar yang aslinya ceria, ataupun Indri (Ina Panggabean). Selain itu, beberapa nama yang lebih populer lainnya, seperti Adinia Wirasti tampil keren seperti biasanya, ataupun Marissa Anita yang walau tak memiliki portfolio akting sebelumnya, tapi bisa mengimbangi Adinia Wirasti dengan cantiknya. Another highlight would be our favorite segment, Indri dan Faisal (Trisa Triandesa), yang sedikit komikal, tapi tetap romantis.

Jadi, dengan akan segera datangnya Transformers serta The Fault In Our Stars pekan ini di bioskop-bisokop tanah air, masih ada kah tempat untuk Selamat Pagi, Malam di "rumahnya" sendiri? :)



Yuk dukung mereka dengan menonton film Selamat Pagi, Malam, selagi masih tayang di bioskop!

Komentar

Posting Komentar