Review: Jalanan (Daniel Ziv, 2014)


Jalanan adalah film yang dibutuhkan warga Jakarta kini. Pembuka mata. Bukan, Daniel Ziv membuat Jalanan bukan untuk menguliahi penontonnya. Daniel Ziv hanya ingin menunjukkan realita yang ada, dan kami suka itu. Tidak ada keberpihakan, tidak ada penghakiman, tidak ada pesan-pesan tersembunyi, murni hanya menunjukkan fakta yang ada.

Boni, Ho, dan Titi adalah tiga pengamen jalanan, seperti yang kita semua tahu, berada dalam kekurangan hidup. Tidak, Daniel Ziv tidak menunjukkan betapa sulitnya hidup mereka, atau betapa susahnya perjuangan mereka hanya untuk hidup, atau betapa kita (penonton) harus mensyukuri hidup yang kita miliki, karena banyak yang lebih berkekurangan dibanding kita. Tidak, Daniel Ziv tidak menunjukkan itu semua.

Daniel Ziv menunjukkan kehidupan para pengamen jalanan ini apa adanya: menjalaninya, bagaimanapun kondisinya. Dan dari Boni, Ho, dan Titi inilah penonton diajak melihat, bahwa seperti kata Ho, “hidup ya dihidupi”, bahwa dalam susah sekalipun, kebahagiaan itu tetap ada, karena bahagia itu sederhana, dan definisi bahagia ialah berbeda-beda bagi tiap orang.

Dan itulah yang kami suka dari film Jalanan ini. Tidak ada pretensi, tidak ada maksud tersembunyi. Terlebih lagi karena kami secara pribadi pun tidak begitu menyukai peraturan pemerintah soal pemberian uang kepada “penduduk jalanan” yang ada saat ini. Well, at the end, there’s no harm in giving anyway, kan? Jika Anda ingin berbagi, maka berbagilah, dan tidak ada yang berhak melarang Anda untuk memberikan apa yang Anda miliki, bahkan pemerintah sekalipun.

Jadi, terima kasih Daniel Ziv. Terima kasih atas pembukaan mata ini. Mari tonton filmnya dan bantu para pemusik jalanan ini mendapatkan rumah lewat kampanye ini.

P.S.: Bagi yang ingin membaca wawancara Daniel Ziv dengan Trax Magazine tentang film Jalanan, silahkan klik di sini.



Komentar