Review: Street Society (Awi Suryadi, 2014)


Senang rasanya, baru di awal tahun sudah menemukan dua film Indonesia yang menyenangkan untuk ditonton, Street Society salah satunya. Trailer yang terlihat menjanjikan tentunya membuat kami penasaran. Apalagi belum banyak film Indonesia yang mengangkat tema street racing atau balapan jalanan.

Namun demikian, Street Society ternyata tidak berfokus pada balapannya, walau trailernya justru menunjukkan yang sebaliknya. Sama seperti film Indonesia pada umumnya, Street Society masih mengutamakan sisi dramanya. Tapi selain itu, ternyata ada juga bumbu komedi yang malah sama sekali tidak nampak dalam trailernya. Dan terus terang, sangat menyegarkan melihat komedi yang ditampilkan oleh seseorang yang tidak diduga-duga.

Ialah Edward Gunawan, yang berperan sebagai Nicholas Sesto Wong, yang mengejutkan penonton dengan penampilan comedic-nya. Edward Gunawan yang sebelumnya pernah bermain sebagai Dokter Tom yang sangat bijak dan tenang di Arisan 2, bertransformasi sepenuhnya sebagai orang kaya super norak dan narsis. 

Coba lihat, dari ini..


Menjadi ini...


Scene pertamanya di layar membuat seluruh penonton terbahak-bahak, dan sangat terasa sekali bahwa penonton sangat menanti-nanti kemunculannya berikutnya. Dan betul saja, setiap kali Edward Gunawan a.k.a Prince Nico muncul di layar, penonton pasti tertawa. Perannya memang tidak terlalu banyak, tapi setiap kali ia terlihat, ia memberikan kesan mendalam. Ia adalah the scene stealer di Street Society, hingga membuat kami berpikir bahwa ia sangat potensial dan kami berharap bisa segera melihatnya sebagai main cast atau male lead dalam sebuah film.

Di sisi lain, walau dimulai dengan sedikit aneh -- konflik yang dibangun terlalu simpel untuk menjadi trigger dari konflik berikutnya yang lebih besar -- Awi Suryadi berhasil menceritakan kisah dan juga konfliknya dengan lebih baik, karena semakin ke belakang, Street Society semakin enak dinikmati.

Secara keseluruhan, aktor dan aktrisnya tampil cukup baik. Tapi selain Edward Gunawan, ada satu nama lain yang juga mencuri perhatian. Ialah Chelsea Elizabeth Islan, yang sebelumnya terlihat sama sekali tidak bisa berakting dalam Refrain, menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang bisa diarahkan -- asal bertemu dengan sutradara yang tepat -- dan Awi Suryadi berhasil mengarahkannya dengan sangat baik, membuat Chelsea Elizabeth Islan keluar dari cangkangnya, dan menunjukkan potensi terbaiknya.

Yang disayangkan dari film ini hanyalah satu, dan sama seperti pertanyaan Karina (Chelsea Elizabeth Islan) menjelang film berakhir, pertanyaan kami pun sama, "kenapa ngga ditabrak-tabrakkin aja sih?!" - Mobil-mobilnya memang sangat mahal dan kami sadar bahwa perbaikannya akan memakan uang yang sangat tidak sedikit, but then, this is a "street race" movie, right? Even though the race stunts looks nice, but street race wouldn't be the same without crash and burn and everything in between. Agree?


P.S.: Musiknya juga sangat asik lho.. Coba dengarkan di sini.

Komentar