Valentine Movie Review: Kata Hati dan Rectoverso


Valentine's Day tahun ini penonton film Indonesia disodori dua film yang bernuansa romantis, Kata Hati dan Rectoverso, yang secara kebetulan keduanya juga merupakan adaptasi dari novel; Kata Hari diadaptasi dari novel berjudul sama karya Bernard Batubara, sementara Rectoverso adalah salah satu novel karya penulis best seller, Dewi Lestari. Walau keduanya berada di aliran yang sama, namun keduanya memiliki target yang berbeda. Kata Hati lebih ditujukan untuk penonton remaja, sementara Rectoverso ditujukan untuk penonton yang lebih dewasa. Mari kita bahas satu-satu..

Kata Hati diproduksi oleh Rapi Films yang kembali mengajak tim inti yang sama seperti yang memberikan kita Radio Galau FM tahun lalu. Ada Iqbal Rais di kursi sutradara, serta Haqi Achmad yang kembali berperan sebagai penulis skenario.

Tapi tidak seperti sebelumnya yang banyak memakai muka baru, kali ini Rapi memutuskan untuk memakai "muka lama". Ada Joanna Alexandra di sana, Kimberly Ryder yang sedang bersinar, dan Boy Hamzah yang nampaknya memutuskan untuk bertobat dari film horor tidak jelas yang selama ini dibintanginya.

Ada kah nama beken di dalam film itu? Tidak ada, itu pasti. Ketiga nama di atas sebetulnya adalah muka lama di industri perfilman Indonesia, tapi nama mereka tidak sebegitu populernya untuk mearik penonton masuk dan menonton film ini di bioskop, sehingga dengan terpaksa Kata Hati sudah harus turun dari peredaran, hanya setelah satu minggu film ini rilis.

Lalu, apakah filmnya jelek, sehingga tidak laku? Well, tidak juga. Tapi faktor "bintang" ini lah yang terasa sangat kurang dari film ini. Apalagi minimnya promosi yang dilakukan, membuat penonton yang datang ke bioskop tentu akan memilih film lain yang sedang tayang. 

Ceritanya sendiri sangat sederhana dan cheesy, sangat teenlit sekali. Sepasang pria dan wanita yang saling mencinta harus putus, kemudian berpisah, bertemu pria dan wanita lain, lalu ketika pasangan baru ini mulai bahagia, cinta lama muncul kembali. Mana yang harus mereka pilih? Biarkanlah Kata Hati yang bicara.

Secara keseluruhan, ceritanya bisa tersampaikan dengan manis. Didukung dengan latar belakang Jogja yang juga romantis, lagu yang mengena di hati, serta chemistry yang cukup baik dan terasa antar tiga pemain utamanya: Boy Hamzah yang surprisingly not bad, Joanna Alexandra yang manis dan polos, serta Kimberly Ryder yang tegas dan beraura bintang. Walau terasa semakin ke belakang ceritanya semakin "maksa" dan "buru-buru", tapi secara keseluruhan Kata Hati cukup berhasil kena ke hati.



Lain seperti Kata Hati yang tidak memiliki "bintang", Rectoverso yang diproduksi oleh Keana Production justru bertabur bintang. Ada pemenang Citra, Prisia Nasution dan Acha Septriasa; salah satu aktor terbaik Indonesia, Lukman Sardi; bintang serba bisa, Tio Pakusadewo; serta Asmirandah, Dwi Sasono, Indra Birowo, Sophia Latjuba, Yama Carlos, Dewi Irawan, dan beberapa muka baru lainnya.

Mengambil hanya lima kisah dari sebelas kisah yang ada untuk difilmkan, Rectoverso pun mengajak para aktris Indonesia untuk menjadi sutradara. Ada Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Olga Lydia, Cathy Sharon, dan Happy Salma. Sebuah proyek yang cukup ambisius, if I may say.

Hasilnya? Tidak semuanya memuaskan. Malaikat Juga Tahu siapa yang jadi juaranya, karena ialah juaranya. Walaupun secara pribadi gue lebih suka versi video klip nya, tapi Malaikat Juga Tahu arahan Marcella Zalianty ini pun tetap berhasil menguras air mata, thanks to the awesome performance dari Lukman Sardi. As usual.

Segmen lainnya? Premonition dan Hanya Isyarat cukup memikat. Sementara penampilan menggangu Sophia Latjuba di Cicak di Dinding dan akting too player-ish Yama Carlos membuat segmen ini jadi terasa.... murahan. Curhat Buat Sahabat sebetulnya memiliki potensi untuk membuat orang-orang menyukai segmen ini karena adanya kesamaan kondisi. Akan tetapi Olga Lydia membawakannya dengan... kaku. Sehingga hasilnya juga terasa sangat kaku - eh, apa itu memang tujuannya?

Komentar