[REVIEW] TEST PACK


Review
Tahun 2005, ada sebuah novel yang terlalu dewasa untuk dibaca oleh seorang anak berusia 15 tahun. Novel itu adalah Test Pack, karangan Ninit Yunita, dan anak itu adalah saya. Siapa yang sangka, tujuh tahun kemudian, novel itu kemudian difilmkan? Waktu yang sangat lama untuk memfilmkan sebuah novel yang sudah naik cetak hingga 12 kali ini.

Tidak seperti Perahu Kertas yang plek-plekan menggambarkan novelnya, Adhitya Mulya, suami penulis novel sekaligus penulis skenario Test Pack the Movie ini hanya mengambil garis besar atau plot cerita dari novelnya. Selebihnya, Test Pack the Movie adalah cerita yang berbeda dari novelnya.

Lantas, bagaimana dengan reaksi penontonnya sendiri? Apakah mereka suka, atau mungkin malah kontra dengan keputusan Adhitya Mulya dan Ninit Yunita ini? 

Berdasarkan pengamatan yang terjadi di Twitter, rasa-rasanya para pembaca novelnya pun menyukai versi lain dari Test Pack, novel kesayangan mereka ini. Atau mereka mungkin sudah lupa dengan cerita novelnya, sehingga tidak mempermasalahkan kisah dari filmnya? Mungkin saja.. Tapi satu yang pasti, film ini mendapat sambutan yang sangat positif dari berbagai kalangan.

Memang bukan tanpa alasan, Test Pack adalah sebuah film romansa dewasa yang tidak menye-menye dan berusaha sekuat tenaga untuk menguras air mata penontonnya. Sudah terlalu sering film romansa berakhir tragis, seolah-olah dunia memang sangat kejam. Rasanya sudah saatnya kita menemukan sebuah film yang berujung bahagia lagi, dan mempertontonkan pada orang-orang, bahwa dunia memang kejam, tapi selalu ada titik terang dari semua masalah yang kita hadapi. Seperti yang terjadi pada Rahmat dan Tata. :)

Masalah Test Pack adalah masalah yang paling umum ditemukan di Indonesia. Pertanyaan "mana pacarnya?", "kapan nikah?", dan "kapan punya anak?" adalah sesuatu yang seringkali "ditakuti" di setiap acara kumpul keluarga. Pacar sudah ada, menikah pun sudah, lalu.. Mana anaknya? Sudah tujuh tahun menikah, tapi tak kunjung punya anak? Apa kata tetangga?

Pernah ga terpikir bagaimana perasaan orang-orang yang diberikan pertanyaan seperti itu oleh orang asing? Mereka pastinya lebih sedih dan tertekan lagi. Itulah yang dialami Tata (Acha Septriasa). Perasaan tertekan, gundah, dan keinginan yang sangat besar untuk memberikan anak pada suaminya itu bisa digambarkan oleh Acha dengan apiknya. Berbagai macam usaha untuk menggolkan hal itu juga berhasil digambarkan dengan sangat baik oleh Adhitya Mulya dan Monty Tiwa. Belum lagi suaminya, Rahmat, yang juga tanpa disadari memiliki ketakutan lebih lagi. Bagaimana jika ia yang justru malah mengecewakan suaminya? Reza Rahadian, seperti biasa, tampil memukau. Tak heran ia kedapatan banyak peran-peran yang sangat bagus untuk novel-novel yang akan difilmkan.

Tidak ada yang berlebihan, pun tidak ada yang kekurangan. Semuanya ditampilkan dengan normal dan wajar oleh semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Test Pack the Movie ini.  Monty Tiwa yang di film-film sebelumnya pun punya kecenderungan untuk "memoralkan" sebuah film, tidak melakukannya lagi di Test Pack ini. Sekarang, ia hanya menggambarkan sebuah realita saja, dan hasilnya? Jauh lebih baik.

Penampilan dari para pemeran pembantu pun memberi nilai tambah pada Test Pack. Duet Jaja Mihardja dan Meriam Belina menjadi depresan di kala kisah membuat penonton sedih, serta menjadi pengingat bahwa kadang kita lupa, apa yang menyatukan sebuah pernikahan. :)

Komentar