[REVIEW 3 in 1] Negeri 5 Menara + The Raid + HI5TERIA

Hola!!! Lama ga ngeblog dan ngereview film-film baru, merasa bersalah juga blog ku jadi ditelantarkan begini, huhu.. Sekarang, langsung digabung aja ya review-review film yg udah gw tonton dan sudah berlalu lamaaaa sekali, hehehe


Negeri 5 Menara

Film Indonesia yg diadaptasi dari novel -- apalagi novel best seller -- hampir pasti tak pernah gagal dari segi penjualannya. Sebut saja Laskar Pelangi yg paling fenomenal, lalu Ayat-Ayat Cinta yg bahkan membuat Presiden kita menonton dan ikut menangis menyaksikan kisah sedihnya. Pun dengan Negeri 5 Menara. Walau jumlah penontonnya tak sebanyak dua judul sebelumnya, tapi film ini berhasil menorehkan suatu prestasi yg cukup membanggakan dan melegakan hati, di tengah semakin tenggelamnya jumlah penonton yg mau datang ke bioskop untuk menyaksikan film buatan negerinya sendiri, dengan memperoleh raihan 750.000 penonton lebih.

Plot filmnya sendiri tak berbeda jauh dengan film-film anak-anak sejenis lainnya yg "menjual" kisah sekelompok anak dalam menggapai mimpinya, namun selalu mendapat cobaan dalam jalannya.

Kali ini, Salman Aristo, penulis skenario spesialis novel dan kisah-kisah anak-anak seperti ini, masih menggunakan formula yg sama dalam membangun kisahnya. Sehingga dari segi cerita, tiada yg baru ataupun yg spesial darinya. Untungnya, ia berkolaborasi dengan Affandi Abdul Rachman, sutradara yg ahli dalam membangun empati penonton terhadap setiap karakternya. Kepiawaian Affandi dalam mengarahkan pemain sehingga semua pemain -- bahkan para bocah ingusan yg tidak memiliki pengalaman akting sebelumnya ini pun -- mampu berakting senatural mungkin, membuat penonton dengan mudah jatuh hati pada film ini, walaupun ceritanya sangat klise, dan siapapun pasti bisa menebak ending-nya.

Mungkin banyak yg mengeluhkan filmnya tak sebagus apa yg dipaparkan A.Fuadi di novelnya. Tapi bukankah itu yg biasa terjadi? Ketika membaca novel, pikiran setiap pembaca bisa berkelana ke mana saja menginterpretasikan tulisan yg mereka baca. Dan inilah interpretasi dari seorang Salman Aristo dan Affandi Abdul Rachman. :)

The Raid
Pecinta film Indonesia pasti sangat excited menyambut kedatangan film ini ke tanah air setelah berbagai penghargaan dan decak kagum serta pujian yg diterima Gareth Evans dkk di berbagai festival di luar sana. Belum lagi Sony Pictures Classic yg mengambil hak siarnya di Amerika, sehingga untuk pertama kalinya dalam sejarah, film Indonesia berhasil ditayangkan bukan cuma di Indonesia, tapi juga di Amerika dan berbagai negara lainnya. Bahkan, sekarang The Raid menduduki posisi box office nomor 11 di Amerika sana, dan Paris Hilton melalui akun twitternya merekomendasikan followers-nya untuk menonton The Raid. Mengagumkan, bukan?

Jadi rasanya saya tak perlu bercerita panjang lebar mengenai film ini, karena kalau boleh dibilang, sebenarnya film ini tidak memiliki jalan cerita yg berpengaruh signifikan terhadap apa yg ditampilkan film secara keseluruhan, sama hal nya dengan film action lainnya. So, just enjoy the full throttle action show, left your brain outside the studio, and let's kick some ass!!!

HI5TERIA
Film omnibus sedang menjadi tren di Indonesia saat ini. Setelah FISFIC tahun lalu, tahun ini ada Dilema, HI5TERIA, Sanubari Jakarta, dan akan ada beberapa film lainnya, seperti Sinema Purnama dan Jakarta Hati.

HI5TERIA, dengan segitu banyaknya woro-woro "bagus" yg terdengar di twitter, serta fakta bahwa film-film ini dibuat oleh alumni IKJ dengan budget yg cukup "wah" untuk ukuran film pendek, jujur saja mengecewakan. 5 cerita yg diarahkan oleh 5 sutradara muda ini seolah-olah dibuat ala kadarnya. Kurang greget untuk ukuran film horor.

Mari kita bahas satu per satu.
Film dibuka dengan Pasar Setan dengan setting di hutan, di mana seorang wanita terbangun dari tidurnya, dan menemukan pacarnya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia kemudian mulai mencari perempuan itu, dan bertemu dengan pendaki lainnya yg juga terpisah dari grupnya. Ternyata oh ternyata, mereka berdua sudah menjadi hantu setelah masuk ke sebuah "pasar setan", sehingga keberadaan mereka tak mampu dideteksi oleh orang-orang di sekitar mereka, termasuk kekasih si perempuan yg sampai 40 tahun sekian mendatang, masih mencarinya. Kalau menurut seorang teman, film ini sebenarnya berpotensi menjadi film yg bagus, jikalau eksekusinya benar. Sayangnya, eksekusinya tidak total, sehingga kata-kata yg keluar dari mulut ini bukanlah "wow keren", tapi "watdefak? apa pula ini? kaga paham gua maksudnya", karena tidak ada batasan yg jelas antara dunia nyata, dunia khayalan, dan masa depan, yg mengakibatkan penonton pun menjadi bingung ketika mengikuti ceritanya.

Lanjut dengan cerita berikutnya, Wajang Koelit yg diperankan oleh Sigi Wimala dan si bule norak dan narsis ini. Jujur, semestinya cerita wayang itu selalu menakutkan, seperti apa yg terjadi di TAKUT: Faces of Fear, kalau digarap dengan benar. Tapi lagi-lagi, Wajang Koelit di sini masih kurang membuat bulu kuduk bergidik karena apa ya? Ekspresi ini bule agak-agak gengges ya, bow..

Berikutnya, Kotak Musik. Sebenarnya, bagian ini lah yg paling "mendingan", karena ada 1 scene di film ini yg bikin gw cukup kagum, yaitu pas bagian flashback. Tapi selebihnya, nothing special too sih.

Cerita ke-4: Palasik yg sumpah ganggu banget itu perut Imelda Therinne yg lagi hamil gede, jatoh-jatoh mulu, tapi berasa sakit juga ngga. Saking annoying-nya, gw sampe ga bisa fokus sama cerita yg juga ga ada serem-serem ataupun menegangkannya.

HI5TERIA ditutup dengan Loket. Cerita yg sangat sederhana, mengambil lokasi di satu tempat saja, tapi justru ini yg cukup mengigit. Dari dekor, make up pemain, dan juga akting pemainnya. Bella Esperance yg seolah-olah Ibu Dara KW 2 di The Perfect House, menunjukkan kualitas creepy-nya yg sesungguhnya menjadi roh yg sedang menuntut balas atas perbuatan licik si penjaga loket nan biadab di mall yg sedang didatanginya.


Komentar