[REVIEW] MALAIKAT TANPA SAYAP




REVIEW

Ah, mungkin sudah sangat terlambat untuk menuliskan pandangan gue tentang Malaikat Tanpa Sayap karena filmnya sudah tinggal tayang di beberapa bioskop lagi saja. Tapi tidak ada kata terlambat untuk berbagi bersama orang lain yang belum menonton betapa film ini berbeda dibanding drama sedih-sedih yang belakangan muncul di pasaran.

Malaikat Tanpa Sayap bukanlah film drama romantis sedih-sedih biasa seperti My Last Love, Bila, ataupun yang baru tayang, Seandainya. Keempat film ini memiliki plot cerita yang sama, dua remaja saling jatuh cinta, tapi salah satu tokohnya sakit, dan kemungkinan besar mereka harus berpisah karena maut menjemput (I dont know all the ending actually, karena gue baru nonton My Last Love sama Malaikat Tanpa Sayap ini, lol). Malaikat Tanpa Sayap juga memiliki unsur drama keluarga yang rasa-rasanya tidak dimiliki oleh ketiga film lainnya, dan bahkan kisah tentang keluarga ini cukup menjadi sorotan di Malaikat Tanpa Sayap, dan bukan sekedar tempelan belaka.

Kemampuan Rako Prijanto sebagai sutradara yang mampu mengarahkan para pemainnya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik mereka lah  yang mampu membuat film dengan plot klasik ini tetap mengasyikkan untuk ditonton dan mampu membuat penonton ikut terlarut bersamanya. Duet Maudy Ayunda dan Adipati Dolken yang tampil sweet secara natural dan tidak berlebihan membuat penonton dengan mudah jatuh cinta dengan karakter mereka. Pun dengan penampilan ruarrrr biasa dari Surya Saputra sebagai ayah yang sangat kebapakkan, penampilan sekilas Kinaryosih yang tetap maksimal, Agus Kuncoro yang total seperti biasa, pun Ikang Fawzi yang berperan sebagai ayah penuh kasih sayang.

Well, dengan music scoring dan pemilihan soundtrack yang sangat tepat, sulit untuk tidak menitikkan air mata pada film yang juga memiliki banyak quote-quote menarik ini.


~Embun tak perlu berwarna untuk membuat daun jatuh cinta~

Komentar