[REVIEW] PIRATE BROTHERS




REVIEW

Gue adalah penggemar action. Dan menurut gue, action bukanlah genre film yang mengedepankan unsur cerita di dalamnya. Selama adegan berantem, kejar-kejaran, pukul-pukulan, dan tembak-tembakannya bagus dan menghibur, maka film tersebut telah berhasil menyampaikan tujuannya, yaitu membuat penonton bersemangat.


Pirate Brothers, yang mengajak bintang laga kawakan asal Hollywood, Robin Shou, menjadi film pure action ke-2 di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Plotnya adalah pakem standar film action di seluruh dunia, good guy vs bad guy – what else could you expect from an action movie? Merantau, film keluaran tahun 2009 yang bisa disebut sebagai pionir film martial arts masa kini, cukup berhasil memuaskan hasrat penonton Indonesia terhadap film laga yang sudah lama tak muncul lagi ke permukaan setelah era Barry Prima dulu. Sekarang, apakah Pirate Brothers, yang disutradarai pria yang banyak berkiprah di Malaysia ini, sanggup menyamai prestasi Merantau dalam hal menyuguhkan aksi bela diri yang menarik dan menghibur?

Jawabannya adalah IYA. Tiga menit pertama film berjalan, kata-kata yang terucap dari mulut saya adalah, “wah, cakep nih film.” Kenapa? Karena ternyata, di balik buruknya poster film ini, ada sebuah keindahan visual yang menanti. Jujur, saya sangat kagum dengan art directing dan costume design yang ditampilkan dalam film ini, sampai-sampai saya bertanya-tanya, “kapan film ini di-shooting?” saking meyakinkannya setting 20 tahun silam. Mulai dari warna gambarnya, rumah-rumahnya, perabotnya, jalanannya, mobilnya, sampai pakaian para pemerannya – baik pemeran utama maupun ekstras! Salut! Semua detail diperhatikan dengan baik, sampai ke detail terkecil seperti masa berlaku plat mobil! Dan suguhan utama aksinya, yaitu adegan berantem-berantemnya, dikoreografikan dengan mantap, dan dieksekusi dengan mantap pula oleh para pemainnya.

Jika pun ada kekurangan dalam film ini, maka itu harus dialamatkan entah ke divisi penyutradaraan yang tak berhasil “membujuk” Robin Shou untuk berdialog dalam bahasa Indonesia, ke divisi akting, yaitu aktornya sendiri, Robin Shou, yang tak mau belajar bahasa Indonesia, atau ke departemen lainnya? Ku tak tahu. Tapi jujur saja, tokoh Sunny yang sampai sekitar umur 10 tahun bisa berbahasa Indonesia, tahu-tahu sampai ke Amerika dan kemudian kembali ke tanah air dan benar-benar melupakan bahasa ibunya (kecuali kata “Selamat”), merupakan kesalahan logika terfatal yang dilakukan film ini. Dan Verdy yang tanpa aba-aba langsung berbicara Bahasa Inggris begitu bertemu dengan Sunny, seolah-olah Verdy lupa bahwa waktu kecil dulu mereka berdua masih berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.


Jika Anda bisa mengesampingkan hal-hal teknis seperti ini, dan Anda penggemar berat film action seperti saya, rasa-rasanya Anda akan terhibur oleh film ini. J

Komentar

  1. Keren bnget filmnya.
    Tapi kok gk booming kyak merantau dan the raid ya?pdahal kualitasnya gak klah.
    Ni film tayang di negara apa aja?

    BalasHapus
  2. agan udah pernah nonton dimana gan? Bagi2 donk.... hehehehe

    BalasHapus

Posting Komentar