[REVIEW] Dalam Mihrab Cinta



REVIEW
Jago nulis belum tentu jago ngomong
Mungkin ungkapan itu cocok dengan Habiburahman El Shirazy. Novelnya selalu menjadi best seller, dari mulai Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, hingga Dalam Mihrab Cinta. Sampai novel-novel tersebut menarik mata produser dan menjadikannya film pun, filmnya ikutan laris seperti novelnya.

Nah, setelah sekian lama hanya duduk di bangku penulis novel, sekarang Habiburahman El Shirazy ingin mencoba sesuatu yang baru. Dia tidak mau lagi hanya menulis, dia ingin berbicara. Dia ingin menggambarkan sendiri kisahnya, dengan hati dan mulutnya sendiri, melalui kursi sutradara. Bagaimana hasilnya?

Dalam Mihrab Cinta dibuka dengan adegan-adegan yang........... aneh. Dialognya aneh, cerita yang sangat klise, pengadeganan yang dilebih-lebihkan, dan diceritakan dengan terburu-buru. Lalu secara perlahan membaik... Dan kembali aneh setelahnya.

Dua bintang andalan Sinemart, Dude Herlino dan Asmirandah, tampil tak jauh berbeda dengan apa yang biasa mereka lakukan di sinetron kejar tayang di RajawaliTV. Dude, bisa dikatakan cukup baik, begitu juga Asmirandah. Tapi yang pasti, mereka tidak melakukan banyak perubahan dari biasanya (baca: masih keliatan kayak sinetron). Sementara Meyda Safira yang sebelumnya juga terlibat dalam Ketika Cinta Bertasbih tampil biasa-biasa saja.

Musik pengiring oleh Aksan dan Titi Sjuman pun jadi terdengar tidak seperti mereka, dan lebih terkesan seperti musik iringan Melly Goeslaw. Musik pengiring lagi-lagi tak jauh beda dari apa yang ada di sinetron, dan tentunya dengan pengulangan terus menerus oleh soundtrack film ini yang dinyanyikan oleh Afgan. Anehnya, ada dua lagu yang kayaknya judulnya sama - Dalam Mihrab Cinta - tapi dinyanyikan oleh dua orang yang berbeda.. Hahahaha :D

Secara keseluruhan, mungkin gue bisa bilang novel Kang Abik yang difilmkan paling baik ya cuma Ayat-Ayat Cinta. Ketika Cinta Bertasbih gue cukup suka, KCB 2, mulai keliatan lebay ala sinetronnya, dan semakin lebay di Dalam Mihrab Cinta, hingga gue berkali-kali ketawa dan mengerutkan kening sambil bertanya-tanya, "Apaan sih?!" - dan bukan gue aja lho, belakang gue juga becanda mulu nebak-nebak jalannya film, sambil beberapa kali tertawa. :p

Jujur, gue pribadi ga baca satupun novel-novel Kang Abik, tapi film-filmnya pasti selalu gue tonton. Kesimpulannya, Kang Abik kayaknya bagusan nulis aja deh, biar yang menyutradarai orang lain :D

Komentar