Drama Musik Diana: Rahasia Hatiku


Okelah.. Ini memang bukan film.. Tapi sebuah pementasan drama musikal.. Tapi, berhubung para pemain serta sutradaranya adalah aktor dan aktris serta sineas di film Indonesia, jadi anggaplah ini sebagai sebuah film drama musikal.. *maksa, karena gue pengen banget review drama musik ini* :p

Belakangan, teater musikal sedang ngetren.. Ada Jakarta Love Riot di awal Juli, Drama Musik Diana, serta Onrop Musikal oleh Joko Anwar akhir tahun nanti. Sebelumnya, gue berpikir hanya akan menonton Onrop aja, tapi penasaran juga sih pengen nonton yang lain.. Jakarta Love Riot pas kebetulan nggak bisa, Diana ternyata harganya mahal bener, tapi emang jodoh ga ke mana, gue dapet tiket gratis dari kantor nyokap, yang kebetulan temen-temennya pada ga mau nonton..

So, jadilah gue dateng ke Plennary Hall JCC tanggal 8 Juli kemarin, untuk ikut merayakan ulang tahun ke 45 kompas yang dirayakan melalui drama musikal, sekaligus tribut untuk Koes Plus ini.. Berharap cukup tinggi mengingat sutradaranya adalah seorang Garin Nugroho, yang walau agak absurd dalam bercerita, tapi juga harus diakui kualitasnya. Selain itu, harga yang sangat mahal ini (paling murah 500rb), membuat gue penasaran.. Seberapa bagus sih drama musikal ini? Apakah sepadan dengan harganya?

Dan ternyata hasilnya... Tidak. Gue tidak terlalu puas sih dengan pementasan ini. Departemen musik dan sound effect patutlah diacungi dua jempol. Efek-efek helikopter dan tembakan-tembakan sudah seperti di dalam gedung bioskop surround sound (THX). Orkestra pengiring para pemain pun sangat mantap dan total dalam bermain. Bintang tamu seperti Tohpati dan Once pun tampil memukau. Malah bisa dibilang, mereka lah bagian terbaik dari drama musik ini.

Sementara untuk bagian cerita? Pfft. Bleh. Kita diberi judul "Diana: Rahasia Hatiku", dan sah-sah saja toh jika kita mengharapkan suatu suguhan drama musikal yang romantis? Tapi pada kenyataannya.. Isi pementasan ini sangatlah 'menipu'. Kisah romantis bukanlah suguhan utama dalam drama ini, tapi hanyalah sebagai topeng belaka.

Kisahnya sendiri menceritakan tentang sebuah band terkenal yang akan konser ke sebuah daerah perang, Tilore. Sebelum berangkat ke sana, vokalis De'Band (Ariyo Wahab sbg Yoko) jatuh cinta dengan wartawati setempat, Mariska (Sheila Marcia). Akhirnya, mereka pun berangkat ke sana bersama-sama. Sesampainya di sana, Yoko malah jatuh cinta dengan drummer band lokal, Diana (Nindy). Namun rupanya, kehadiran Diana memicu keributan antara Yoko dan anggota band lain, sehingga mereka pun akhirnya bubar.

Inti kisahnya sebenarnya hanya seperti itu.. Dan dari sinopsis, kita pun akan tertipu, karena sinopsis bekerja sama dengan judul untuk menampilkan kesan kisah romantis. Namun apa yang ditampilkan adalah sebuah rentetan dialog yang sarat sindiran terhadap politik dan pemerintahan, tapi sayangnya.. Sama sekali tidak mengena. Sindiran-sindirannya dangkal dan kurang eksplisit, tapi tidak juga implisit. Seolah-olah mereka takut akan 'dicincang-cincang' pemerintah jikalau menampilakan sesuatu yang sangat menyudutkan pemerintah. Kalo boleh dibilang, sangat nanggung.

Humor-humor yang dilontarkan pun hanya 'lucu' oleh para pemainnya sendiri. Mereka tertawa seraya melemparkan canda, sementara para penonton hanya diam menyaksikan mereka. Mau tau tepuk tangan dan eluk-elukkan terbesar penonton untuk siapa? Jamming session antara Tohpati dan seorang basis ternama yang gue ga tau siapa namanya, serta bagian penutupan ketika salah seorang personil Koes Plus naik ke atas panggung dan mengajak penonton menyanyi bersama. Bagian lain? Penonton tidak banyak bereaksi.

Setelah show selesai, gue terus berpikir, "Ini mahalnya buat apa ya? Kok 500rb kayaknya ga worthed banget?" Untungnya, gw dapet tiket gratisan.. dan VIP :p *pamer dikit deh*

Komentar