Catatan Film Indonesia 2009

NB: Ini adalah postingan lama dari blog gue yg lain: Dunia Tulis Menulis

***

Tahun 2009 sudah berakhir. Dan hampir sebagian besar orang pasti membuat semacam rekap pribadi, dalam bentuk apapun itu. Baik kilas balik kehidupan pribadi, daftar-daftar hal yang mengesankan, dan juga daftar-daftar hal yang menjengkelkan.

Gue, sebagai salah satu penikmat film, akan mencoba membuat list film terbaik dan terburuk sepanjang 2009. Tapi, berhubung gue belom ahli-ahli banget sama film-film Hollywood, maka gue akan membuat list film Indonesia – yang tentu saja berdasarkan apa yang sudah gue tonton.

Kalau benar, dari list di Wikipedia, sepanjang 2009, gue sudah menonton 28 dari sekian banyak list film tersebut.

Berikut list film Indonesia tahun 2009 yang sudah gue tonton:


5 film Indonesia terbaik 2009 (menurut versi gue, dan sesuai urutan):



1. Pintu Terlarang (22 Januari 2009)
Betul-betul membawa angin sejuk di awal tahun. Sejak pertama kali melihat trailernya di akhir 2008, gue sudah sangat menunggu-nunggu film ini, dan pada saat itu pun gue bahkan belum tahu “siapa itu Joko Anwar? Pernah bikin apa dia?” Dan setelah menonton Pintu Terlarang, gue dibikin penasaran sama jawaban yang benar di balik film itu.

DVD yang ditunggu tak juga kunjung muncul, sampai akhirnya DVD nya pun rilis pada tanggal 6 November 2009 dalam balutan kemasan DVD Indonesia terbaik yang pernah ada hingga saat ini – not to mention harganya pun beda sendiri dari yang lain – but it’s worth every penny. Packaging nya sangat menarik, dengan gambar 3D, feature-feature yang tak pernah ditemukan di DVD film Indonesia sebelumnya, hingga bonus sampingan macam pembatas buku, kalender 2010, hingga poster!

Dan yang membuat film ini menduduki peringkat no.1 dalam list gue adalah.. hingga kali ke-4 gue nonton pun, gue belum menemukan jawabannya! And it drives me a bit crazy, actually.. I’m dying to know the real answer, Bang Jok…..


2. Heart-break.com (3 Desember 2009) 
Terbalik dengan Pintu Terlarang, Heart-break.com muncul di akhir tahun, dan diawali pula dengan ketidakterlaluminatan gue untuk menontonnya. Tapi film ini betul-betul membuat gue surprise se-surprise-surprisenya! Bahkan gue nonton film ini hingga 2x di bioskop!

Film ini seperti tumpukan hadiah yang sudah dipersiapkan dalam parsel cantik. Dari cerita, cast, eksekusi akhir, hingga bagian promosinya berjalan secara terintegrasi. Betul-betul film yang menyenangkan hati di akhir tahun 2009 ini. Jelas, Affandi Abdul Rachman adalah sutradara yang sangat menjanjikan di masa yang akan datang, mengingat film pertamanya, Pencarian Terakhir juga memenangkan Audience Award di Bali Film Festival 2009 – it’s also a good movie by the way!

3. Merantau (6 Agustus 2009)
Sutradara bule, kru banyakan bule, tapi cerita yang diangkat sangatlah Indonesia. Tradisi Minangkabau dengan Silat Harimau nya. Pemainnya pun sebenarnya adalah para pesilat harimau asli, tapi mereka bisa berakting sama baiknya dengan mereka bersilat.

Durasi yang agak terlalu lama memang mungkin cukup dikeluhkan banyak penonton Indonesia, tapi Gareth Evans juga menyediakan versi international cut nya yang hanya berdurasi 106 menit, dan itu mungkin menjawab kebosanan para penonton yang lebih tertarik untuk melihat adegan silatnya yang sangat mengagumkan itu. Trust me, I also watch it 2 times at the cinema!

4. Cin(T)a (19 Agustus 2009)
Film indie buatan mahasiswa yang satu ini sangatlah mengagumkan. Budget kecil, pemainnya hanya pemain tak bernama, tapi film bikinan asli anak negeri ini bahkan melakukan premiere nya di London! Bayangkan!

Sammaria Simanjuntak sangatlah berani mengangkat tema yang sangat sensitive di kalangan masyarakat Indonesia – tema yang berbau rasialis dan SARA. Tapi sungguh, Sammaria Simanjuntak dan Sally Anom berhasil menyajikan dialog-dialog super cerdas yang dikemas dengan sangat brilliant, dan jelas menjadi kunci utama keberhasilan film ini.


5. Garuda di Dadaku (sekitar Juli 2009)
Hadir di musim liburan anak-anak sekolah, bersaing dengan KING yang memiliki tema serupa, Garuda di Dadaku berhasil memenangkan hati gue ketimbang film yang satunya. Dengan tampilan lebih ceria dan menyenangkan, tampaknya Garuda di Dadaku lebih disukai anak-anak.



Special Honor: Rumah Dara


Rumah Dara (judul sebelumnya: Macabre) sebetulnya belum tayang regular di bioskop-bioskop tanah air. Tapi gue mendapatkan kesempatan untuk menonton film ini pada pembukaan INAFFF09 pada tanggal 13 November 2009 kemarin.

Membawa genre yang sangat baru bagi perfilman tanah air – dan trend setter bagi film-film sejenis ke depannya for sure – Rumah Dara memuaskan dahaga para pecinta slasher di Indonesia. Duet maut The Mo Brothers membuat cerita klasik menjadi sesuatu yang sangat fresh dan menegangkan!



Setelah membuat list film terbaik, saatnya kita berpindah ke list-list film terburuk 2009 berdasarkan yang sudah gue tonton. List below is in particular order. 

1. Identitas
Film ini ada dalam urutan pertama karena: Film ini adalah Best Film di FFI 2009, dan film ini betul-betul mengecewakan gue sampai titik terendah. Gue sampai berpikir kalo gue gila dan gak waras hingga gue bisa bilang film ini jelek, karena faktanya, sekali lagi, film ini adalah Film Terbaik FFI 2009 – sebuah penghargaan tertinggi dari sebuah ajang perfilman tertua di tanah air. Won’t talk much about this movie, karena gue takut akan mempengaruhi pandangan orang yang belum menonton film ini. So, you’d better watch it yourself and find out. Kalo hasil akhirnya beda-beda, gue sangat wajar, karena: selera orang beda-beda.


2. Air Terjun Pengantin

Pengikut Rumah Dara pertama sudah ditemukan. Rizal Mantovani tapi yang membuatnya – sutradara yang berhasil menakut-nakuti penonton dengan Jelangkung-nya. Sayangnya, semakin ke sini, ia mengalami kemunduran yang cukup signifikan.

Air Terjun Pengantin berada dalam titik tercupu film slasher yang pernah ada DI DUNIA. Yes. Gue ga lebay. Itu faktanya. Coba aja nonton sendiri. Orang-orang yang ga ngefans-ngefans amat sama film slasher (kayak gue contohnya) pasti bilang film ini cupu abis – ya, kecuali orang-orang yang emang penakut atau sok takut.

Mana ada film slasher yang sengaja tidak menonjolkan bagian sadistis nya? Obviously, film ini hanya menjual Tante Tamara, bikinis and lingeries. That’s all. Sorry to say.


3. Paku Kuntilanak
Sebegitu parahnya kah film ini sampai-sampai MUI memaksa film horsex kesekiannya Mbak Dedew untuk turun dari bioskop? Hmm. You aint know nothing until you watch my no.4. so, kenapa film ini masuk di list no.3? Jawabannya simple: karena film ini memakai aktris holiwut di dalamnya, walaupun holiwutnya jua holiwut di film Disaster Movie, tetep aja kan holiwut. Dan kehadiran si aktris holiwut ini tidak sedikitpun memperbaiki film ini – dari segi mana pun.


4. Hantu Binal Jembatan Semanggi
Habijiseng (begitu 
#vividism menyebutnya), berada dalam posisi yang lebih baik dari Paku Kuntilanak karena film ini memakai formula horsex yang sama di setiap pilem-pilem keluaran K2K, sehingga kita-kita udah wajar lah sama filem-filem bikinan K2K ini.


5. Virgin 2: Bukan Film Porno

Karya ke-sekiannya Nayato atau Pinkan atau Koya atau siapapun nama aliasnya. Dan jelas, lagi-lagi tidak memuaskan. Bertitel “bukan film porno”, selain norak, juga ga sesuai yang ditampilakan – yang – walaupun ga porno-porno amat, tapi tetap tidak layak untuk disebut “bukan porno”. Tidak bisa bercerita banyak tentang film ini, karena sejujurnya gue udah lupa-lupa inget sama film ini. Dan sebetulnya, ada yang lebih pantas menggantikan posisi Virgin 2 di no.5 ini, tapi mengingat film-film jelek yang gue tonton terbatas, sehingga dengan sangat terpaksa si “Bukan Film Porno” ini harus nangkring di no. 5 dari list gue.


Special mention: Serigala Terakhir dan Merah Putih
Serigala Terakhir dan Merah Putih sebenarnya bukanlah film yang layak masuk ke dalam list film terburuk sepanjang 2009, mengingat cast and crew nya tergolong orang-orang hebat yang sudah malang melintang di dunia perfilman Indonesia sebelumnya, dan dengan hasil yang memuaskan pula. But well, I’m a lil bit disappointed with these two movies – yang secara kebetulan memiliki beberapa kesamaan dari berbagai sisi.

Pertama, mereka sama-sama membawa genre yang berbeda bagi dunia perfilman tanah air. Serigala terakhir adalah gangster movie, sementara Merah Putih adalah film perang dan perjuangan bangsa Indonesia. yang kedua, seperti yang sudah gue sebutkan sebelumnya, cast and crew mereka adalah jejeran pemain kawakan dalam industri ini. Serigala Terakhir punya Upi dan Vino di dalamnya, sementara Merah Putih punya Yadi Sugandi, Lukman Sardi, dan Donny Alamsyah di dalamnya. Film yang selintas pandang mata sebenarnya pasti menghasilkan sesuatu yang ‘wah’, bukan? Dan yang ketiga – ini yang menjadi boomerang terbesar bagi kedua film – hype yang sangat besar sebelum film rilis nasional.

Serigala Terakhir sudah promosi jor-joran dari jauh-jauh hari, promosi ke sekolah-sekolah bahkan sebelum filmnya selesai diedit, mengeluarkan picture book, hingga memberi ratusan tiket premiere gratis melalui kuis-kuis di facebook (dan kebetulan gue menang juga). Jangan lupakan acara premiere mereka yang tembus rekor MURI karena menjadi premiere dengan jumlah tamu terbanyak yang pernah ada, sekitar 3000 orang kalau tidak salah. Hasilnya? Buat gue, tidak sebanding dengan promosi-promosi yang mereka lakukan. Dan ini jelas jadi batu sandungan terbesar, mengingat hebatnya dunia maya zaman sekarang – berita ter-update bagaikan komet – apalagi berita jelek.

Sementara Merah Putih, dengan jajaran cast mumpuni, serta seorang Yadi Sugandhi, salah satu DOP terbaik di Asia (menurut berita yang gue dengar), dan budget yang sangat ‘wah’ untuk film Indonesia, tampaknya tidak bisa memanfaatkan budget tersebut se’wah’ yang seharusnya. Tapi yang perlu dicatat di sini adalah, mungkin hal ini disengaja, mengingat Merah Putih adalah jilid pertama dari trilogy kemerdekaan yang dijadwalkan rilis tahun 2010 dan 2011 untuk seri kedua dan ketiganya.



Akhir kata, gue harus menegaskan sekali lagi, bahwa list di atas adalah list versi gue – yang di mana, setiap orang pasti memiliki kriterianya masing-masing karena perbedaan selera tiap orang. Terima kasih.

Komentar